Selasa, 29 Maret 2022

Omicron

Data per Senin (24/1/2022), Kementerian Kesehatan menyebut sudah ada 1.626 kasus Omicron yang telah terdeteksi di Indonesia. 

Menurut para ahli, varian Omicron memiliki masa inkubasi yang lebih singkat dari varian COVID-19 lainnya. Masa inkubasi merupakan jarak waktu dari pertama kali terinfeksi virus hingga timbulnya gejala.

Spesialis penyakit menular dan profesor di Vanderbilt University School of Medicine, Dr William Schaffner, MD, mengungkapkan masa inkubasi dari varian Omicron ini lebih singkat atau pendek. Hal ini membuatnya sulit untuk dihambat penyebarannya.



Berapa Lama Masa Inkubasi Varian Omicron?

Sebuah studi baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menganalisis data dari enam orang yang tertular varian Omicron. Hasilnya, masa inkubasi pasien Omicron ini terjadi dalam waktu 73 jam atau tiga hari.

Pada masa inkubasi tersebut, beberapa pasien mengembangkan gejala pertama 33 jam setelah terpapar virus. Sementara yang lainnya baru menunjukkan gejala setelah 75 jam.

Gejala-gejala Omicron yang muncul menurut laporan CDC biasanya meliputi:

• Batuk

• Kelelahan

• Penyumbatan (pada saluran pernapasan)

• Pilek

Berapa Lama Seseorang Bisa Menularkan Virus ke Orang Lain?

Para peneliti CDC menemukan beberapa kasus SARS-CoV-2 yang bisa menularkan virus 1-2 hari sebelum atau 2-3 hari setelah munculnya gejala. Maka dari itu, peneliti memperkirakan kebanyakan orang bisa menularkan varian Omicron ini selama lima hari.

Terlepas dari lama waktu penularannya, Dr Schaffner mengungkapkan varian Omicron ini jauh lebih menular daripada varian-varian COVID-19 sebelumnya.

Kondisi Pasien Omicron di Indonesia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, sudah ada 1.626 kasus Omicron yang terdeteksi di Indonesia per Senin (24/1/2022).

Dari jumlah itu, hanya 20 di antaranya yang menjalani perawatan di rumah sakit.

Mayoritas kasus, yakni sebanyak 1.019 kasus berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), dan sisanya terjadi di tengah masyarakat atau transmisi lokal.

Berita hoax tentang omicron

Salah satu beritanya yang berada di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 13 Desember 2021.

Dalam akun itu terdapat narasi sebagai berikut:

"Mengapa Indonesia lebih tahan terhadap Omicron-varian terbaru covid-19? Karena Indonesia bercuaca panas?

"Lebih karena tingkat sinar UV di Indonesia lebih tinggi"


Selain itu ada juga akun yang memposting dalam bentuk video dengan menambahkan narasi:

"Bersyukurlah Sinar UV (Ultraviolet) di Indonesia bisa menjadi tameng Virus Omicron"

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi.

"Tidak ada hubungannya penyebaran Omicron dengan tingkat sinar ultraviolet di Indonesia. Omicron sendiri pertamakali terdeteksi di Afrika Selatan yang punya cuaca panas seperti Indonesia," ujar dr. Nadia saat dihubungi Senin (20/12/2021).

"Yang jelas varian apapun bisa dicegah dengan vaksinasi, penerapan protokol kesehatan yang ketat dan deteksi dini kalau ada keluhan. Banyak masyarakat yang lebih percaya hoaks dan misinformasi, itu sebabnya edukasi harus terus dilakukan agar kejadian Juli kemarin tidak terulang," katanya menambahkan.

Pencegahan covid 19

Untuk mencegah penyebaran COVID-19:

• Selalu jaga jarak aman dari orang lain (minimal 1 meter), meskipun mereka tidak tampak sakit.

• Kenakan masker di ruang publik, terutama di dalam ruangan atau jika pembatasan fisik tidak dimungkinkan.

• Sebaiknya pilih ruang terbuka dan berventilasi baik. Buka jendela jika berada di dalam ruangan.

• Cuci tangan Anda secara rutin. Gunakan sabun dan air, atau cairan pembersih tangan berbahan alkohol.

• kuti vaksinasi ketika giliran Anda. Ikuti panduan setempat terkait vaksinasi.

• Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung Anda dengan lengan atau tisu.

• Jangan keluar rumah jika merasa tidak enak badan.